Menu Tutup

Dari Tradisi ke Ideologi Bangsa: Transformasi Nilai Kultural Pancasila dalam Edukasi

Pancasila adalah bukti nyata bagaimana nilai-nilai yang berakar dari tradisi dan budaya luhur bangsa Indonesia telah bertransformasi menjadi ideologi pemersatu. Proses ini menunjukkan kekayaan filosofis yang ada di balik setiap sila Pancasila, yang bukan sekadar rumusan politis, melainkan cerminan pandangan hidup masyarakat Nusantara yang telah berlangsung turun-temurun. Nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah untuk mufakat, persatuan, dan keadilan sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat jauh sebelum Indonesia merdeka.

Transformasi nilai-nilai kultural ini menjadi Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah sebuah mahakarya para pendiri negara. Mereka berhasil menangkap esensi dari tradisi yang beragam di seluruh kepulauan, merangkumnya menjadi lima prinsip dasar yang universal dan dapat diterima oleh seluruh elemen bangsa. Oleh karena itu, edukasi atau pendidikan memegang peranan krusial dalam memperkenalkan dan menginternalisasi proses transformasi ini kepada generasi muda.

Dalam sistem pendidikan nasional, pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai dari tradisi lokal membentuk Pancasila menjadi sangat penting. Kurikulum dirancang untuk menunjukkan keterkaitan antara adat istiadat, kearifan lokal, dan prinsip-prinsip Pancasila. Misalnya, pelajaran sosiologi dan antropologi sering membahas struktur masyarakat adat yang menerapkan prinsip musyawarah atau gotong royong, yang kemudian diidentifikasi sebagai bagian dari sila-sila Pancasila. Hal ini membantu siswa untuk melihat Pancasila sebagai bagian dari identitas budaya mereka, bukan sekadar konsep yang terpisah.

Sebagai contoh konkret, pada Pekan Budaya Daerah yang diselenggarakan di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 10 Juli 2025, salah satu sesi diskusi mengangkat tema “Sumbangsih Adat dan Tradisi dalam Pembentukan Pancasila”. Narasumber utama, seorang budayawan sekaligus sejarawan, Bapak Dr. Bambang Sumantri, menjelaskan secara rinci bagaimana upacara adat sedekah bumi atau bersih desa di berbagai wilayah mencerminkan nilai gotong royong dan syukur atas karunia Tuhan, yang merupakan fondasi sila pertama dan ketiga Pancasila. Acara ini menarik perhatian banyak pendidik dan mahasiswa.

Pentingnya pemahaman transformasi nilai dari tradisi ke ideologi juga terlihat dalam upaya menjaga ketertiban masyarakat. Pada sebuah program penyuluhan hukum yang diadakan oleh Kepolisian Sektor (Polsek) Ciputat, Tangerang Selatan, pada hari Minggu, 25 Mei 2025, Kanit Binmas Polsek Ciputat, Ipda Rina Susanti, menjelaskan bahwa pendekatan kekeluargaan sering digunakan dalam penyelesaian masalah antarwarga. Beliau menyoroti bahwa semangat musyawarah mufakat, yang merupakan warisan tradisi, terbukti efektif dalam mencegah konflik kecil berkembang menjadi besar, sejalan dengan prinsip kerakyatan dalam Pancasila.

Dengan demikian, edukasi yang menekankan transformasi nilai kultural dari tradisi menjadi ideologi Pancasila sangat fundamental. Ini memastikan bahwa generasi penerus tidak hanya memahami Pancasila secara tekstual, tetapi juga menghayatinya sebagai cerminan jati diri bangsa yang telah terbentuk melalui perjalanan sejarah dan budaya yang panjang, menjadikannya pedoman hidup yang relevan dalam setiap aspek kehidupan.