Dunia pendidikan kejuruan di Indonesia terus berupaya meningkatkan kualitasnya, terutama dalam praktik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi tantangan yang muncul, mulai dari ketersediaan fasilitas hingga relevansi kurikulum dengan kebutuhan industri. Tantangan ini menjadi fokus utama dalam memastikan lulusan SMK benar-benar siap kerja dan memiliki daya saing global. Pada hari Selasa, 25 Juni 2024, di Jakarta, telah diadakan lokakarya nasional yang membahas strategi peningkatan kualitas praktik SMK, dihadiri oleh perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kepala dinas pendidikan provinsi, serta asosiasi industri.
Salah satu mengatasi tantangan utama adalah keterbatasan peralatan dan fasilitas praktik yang modern di beberapa SMK, terutama di daerah terpencil. Hal ini seringkali membuat siswa tidak mendapatkan pengalaman yang memadai dengan teknologi terbaru yang digunakan di industri. Untuk itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi telah mengalokasikan anggaran khusus untuk revitalisasi sarana dan prasarana SMK. Selain itu, program kemitraan dengan industri juga digencarkan, memungkinkan siswa melakukan praktik kerja lapangan (PKL) di perusahaan-perusahaan yang memiliki peralatan canggih. Misalnya, pada periode Januari hingga April 2025, 200 siswa dari SMK Negeri 5 Bandung telah mengikuti PKL di PT. Indotech Maju Jaya, sebuah perusahaan manufaktur terkemuka.
Selain fasilitas, kompetensi guru praktik juga menjadi aspek krusial dalam mengatasi tantangan kualitas. Guru harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan tren industri agar materi yang diajarkan relevan. Oleh karena itu, program pelatihan dan sertifikasi bagi guru SMK terus digalakkan. Pada bulan Mei 2024, sebanyak 50 guru teknik mesin dari berbagai SMK di Jawa Tengah mengikuti pelatihan intensif selama dua minggu di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Semarang, dipimpin oleh instruktur berpengalaman. Pelatihan ini meliputi penggunaan mesin CNC terbaru dan teknik manufaktur aditif.
Aspek lain yang tidak kalah penting dalam mengatasi tantangan adalah keselarasan kurikulum dengan standar industri. Kurikulum SMK harus fleksibel dan responsif terhadap perubahan kebutuhan pasar kerja. Keterlibatan aktif dari pihak industri dalam penyusunan kurikulum menjadi kunci keberhasilan. Sebagai contoh, pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pendidikan Vokasi yang diselenggarakan pada tanggal 15 Maret 2025 di Surabaya, disepakati bahwa setiap jurusan di SMK akan memiliki komite penasihat dari industri terkait yang bertugas memberikan masukan reguler terhadap kurikulum. Dengan demikian, diharapkan lulusan SMK tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mahir dalam praktik sesuai dengan tuntutan dunia kerja nyata. Sinergi antara pendidikan, pemerintah, dan industri adalah kunci utama dalam mengatasi tantangan demi menciptakan sumber daya manusia yang unggul.