Menu Tutup

Proyek Akhir Kompetensi: Melatih Keterampilan Multidisiplin Lewat Tugas Akhir Industri

Transisi dari bangku sekolah ke dunia kerja yang kompetitif menuntut lebih dari sekadar penguasaan satu bidang keahlian. Lulusan yang dicari industri adalah mereka yang memiliki kemampuan multidisiplin, yaitu kombinasi hard skills teknis dan soft skills manajerial. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Proyek Akhir Kompetensi (PAK) berfungsi sebagai instrumen pamungkas untuk Melatih Keterampilan multidisiplin ini, menjadikannya puncak dari seluruh proses pembelajaran vokasi. PAK mewajibkan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang didapat dari berbagai mata pelajaran secara simultan, meniru tantangan proyek yang sesungguhnya di tempat kerja. Melalui PAK, SMK secara intensif Melatih Keterampilan teknis tingkat tinggi, manajemen proyek, dan komunikasi profesional.

Proyek Akhir Kompetensi (PAK) dirancang untuk mensimulasikan tantangan yang dihadapi teknisi atau profesional junior di industri. Siswa kelas XII diwajibkan bekerja dalam tim kecil untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi solusi terhadap masalah teknis yang spesifik. Misalnya, siswa Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) ditugaskan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem keamanan jaringan lengkap untuk sebuah kantor fiktif. Proyek ini menuntut Melatih Keterampilan teknis (konfigurasi server, keamanan data) sekaligus soft skills (manajemen waktu proyek, negosiasi anggaran, dan komunikasi dengan klien). Durasi pengerjaan PAK biasanya ditetapkan selama empat bulan, dari tanggal 15 Januari hingga 15 Mei.

Aspek multidisiplin dari PAK terlihat jelas dalam proses penilaiannya. Siswa harus tidak hanya mempresentasikan produk teknis yang berfungsi, tetapi juga menyusun laporan keuangan, laporan kemajuan proyek, dan portofolio desain. Laporan kemajuan wajib diserahkan kepada guru pembimbing setiap hari Jumat minggu kedua setiap bulan. Penilaian final melibatkan tim penguji yang terdiri dari guru produktif dan Asesor dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Asesor LSP, yang merupakan perwakilan dari industri, memberikan bobot penilaian yang signifikan pada kemampuan siswa untuk menjelaskan business case dari proyek mereka—menghubungkan keahlian teknis dengan nilai ekonomi.

Untuk memastikan proyek relevan dengan industri, banyak SMK mewajibkan PAK diambil dari studi kasus yang muncul selama Praktik Kerja Industri (PKL). Hal ini memastikan bahwa proyek yang dikerjakan siswa adalah masalah nyata yang membutuhkan solusi praktis. Kepala Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK menggarisbawahi bahwa portofolio PAK yang kuat sering menjadi faktor penentu utama dalam proses rekrutmen. Dengan demikian, Proyek Akhir Kompetensi tidak hanya berfungsi sebagai syarat kelulusan, tetapi sebagai portofolio real-world yang otentik. Program ini berhasil Melatih Keterampilan lulusan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu mengelola dan menyelesaikan proyek teknis kompleks dengan disiplin dan integritas.